KAB.CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM) – Global Katalyst Jerman kembali melakukan sosialisasi kepada sekolah dan kampus di wilayah Cirebon dan sekitarnya, untuk melaksanakan program agar bisa mengarahkan siswa-siswanya melanjutkan studi ke luar negeri, khususnya negara Jerman.
Kali ini sosialisasi dilakukan di SMA Negeri 1 Astanajapura Cirebon, Selasa (22/8/2023), dengan dihadiri oleh SMA/SMK dan kampus di wilayah Cirebon, Indramayu, dan Purwakarta.
Founder Global Katalyst, Doddy Primanda Kadarisman mengatakan, Jerman saat ini merupakan salahsatu negara dengan industri terbaik di dunia. Namun, saat ini Jerman membutuhkan 4 juta tenaga kerja profesional, dan sampai 2030 nanti dibutuhkan 10 juta tenaga kerja.
“Tenaga kerja yang dibutuhkan banyak berasal dari luar, karena di Jerman sendiri seperti piramida terbalik, usia tua lebih banyak dibanding usia muda. Makanya banyak membutuhkan tenaga profesional dari luar,” kata Doddy.
Menurut Doddy, Global Katalyst sebagai organisasi non profit yang terdaftar di negara Jerman, terus mendorong sekolah untuk mandiri secara informasi dan memiliki program secara mandiri tanpa bantuan pihak lain untuk bisa memberangkatkan siswanya melanjutkan pendidikan di luar negeri.
“Bidang kami sosial pendidikan, tidak melayani yang ingin menjadi TKI ke luar negeri. Karena non profit, program yang dijalankan juga dengan biaya terjangkau dan efisien,” ujarnya.
Doddy mengungkapkan, penyaluran siswa nanti akan diatur oleh Pemerintah Jerman sesuai dengan kebutuhan yang ada. Terdapat 200 jurusan lebih di banyak kampus di Jerman yang bisa dipilih oleh siswa dari Indonesia.
“Program ausbildung yang diminati, melamarnya teknik industri terlebih dahulu baru ke kampus. Karena, setiap jurusan kampusnya berbeda lantaran pendidikan vokasi,” ungkapnya.
Kenapa pendidikan vokasi, menurut Doddy, karena program vokasi, orangtua tidak perlu mengeluarkan biaya besar. Pasalnya, siswa setelah sampai di Jerman sudah langsung menghidupi dirinya melalui training industri, sehingga bisa saving.
“Ini yang saya lihat menjadi peluang yang cukup besar, karena banyak siswa Indonesia yang kuliah di luar negeri terhalang biaya kuliah dan biaya hidup yang cukup besar. Dengan demikian, mereka bisa kuliah di sentra pendidikan terbaik di dunia, dan mendapat income dari training industri untuk membiayai hidupnya,” ujar Doddy.
Menurut Doddy, saat mereka lulus akan mendapatkan sertifikat profesi yang berlaku seumur hidup bisa dipergunakan diberbagai negara di dunia.
Lanjut Doddy, persiapan yang harus dilakukan di antaranya kursus bahasa dengan menyiapkan buku-buku, mengikuti ujian, visa, penerjemahan dokumen, tiket pesawat, dan biaya hidup bulan pertama di Jerman.
“Semua itu harus dipersiapkan, namun apabila ada siswa-siswa berhalangan dengan masalah finansial untuk menyiapkannya, maka Global Katalyst akan meminjamkan kepada siswa tersebut dengan pengembalian tanpa bunga dengan jangka waktu satu hingga dua tahun setelah mendapatkan income,” paparnya.
Saat ini sudah ada lebih dari 150 sekolah di seluruh Indonesia di 4 provinsi dan belasan kampus yang menjalin kerjasama dengan Global Katalyst.
Sementara, guru SMAN 1 Astanajapura yang juga partner Global Katalyst, Ruwanti Wulandari mengatakan, sudah satu tahun berjalan, semua sekolah di wilayah Cirebon menyambut baik program dari Global Katalyst ini. Karena, semua siswa pada dasarnya memiliki kesempatan yang sama.
“Program ini belum dilaksanakan di semua sekolah. Diawali dari SMAN 1 Asjap yang sudah berjalan 4 bulan. Sementara, di sekolah lain baru tahap MOU,” katanya.
Ruwanti menjelaskan, ada tiga orang yang mengikuti program angkatan pertama untuk diberangkatkan ke Jerman. Selama ini mereka belajar bahasa Jerman melalui online.
“Pembelajaran bahasa Jerman saat ini masih online, namun apabila terdapat 20 orang sesuai konfigurasi yang diinginkan, maka akan didatangkan pengajar secara offline,” jelasnya.
Diakuinya, di SMAN 1 Asjap sendiri sudah ada 5 orang yang berminat, namun saat ini masih progres untuk penambahan siswa yang lain.
“Saya berharap melalui program ini, siswa SMAN 1 Asjap bisa berwawasan global, sukses di Jerman dan lebih profesional. Sehingga, tiga, empat tahun ke depan bisa kembali ke Indonesia dengan sertifikat profesionalnya, bisa berbahasa Jerman dengan baik, apalagi bisa memulai usaha dan membuka lapangan pekerjaan, itu hal yang sangat luar biasa,” pungkasnya.***