KAB.CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM)- Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon mencatat hasil produksi padi pada musim panen kedua hingga Juli 2023 di angka 240 ribu ton gabah kering panen (GKP).
Bahkan, dalam kurun waktu dua bulan kedepan hasil itu akan kembali bertambah sekira 2,35 persen atau setara 40 ton gabah dari lahan sawah yang saat ini belum dipanen.
Jumlah hasil panen itu dinilai surplus untuk kebutuhan beras di Kabupaten Cirebon yang hanya membutuhkan 160 ribu ton beras di tahun 2023 ini.
“Meskipun petani saat ini sedang dihadapkan fenomena elnino yang melanda di 20 kecamatan yang masifnya di 9 kecamatan. Namun itu tidak berpengaruh terhadap kebutuhan beras di Kabupaten Cirebon, ” kata Kepala Distan Kabupaten Cirebon, Alex Suheriawan, dalam acara panen raya padi di Desa Bojong Lor, Kecamatan Klangenan, Jumat (8/9/2023).
Meskipun, diakui Alex, dampak fenomena alam El-Nino mulai dirasakan sejumlah petani di Kabupaten Cirebon.
Sehingga itu merupakan permasalahan yang ditakuti oleh para petani saat ini, terutama di wilayah Kabupaten Cirebon karena dengan luas penanaman 6.034,5 hektar. Dimana seluas 545 hektar yang terkena bencana kekeringan atau sekitar 9 persen dan per 31 Agustus baru 2,7 persen dipulihkan.
“Namun demikian hanya 23,3 persen (127 Ha) yang baru di intervensi (penanganan). Adapun masih ada sawah yang terancam dengan luas 1.651 Ha atau sekitar 27,4 persen. Sehingga diperlukan upaya yang masif untuk menangani dari El-Nino tahun ini,” katanya.
Alex menambahkan, kondisi itu membuat pihaknya terus mencarikan solusi berdasarkan analisis permasalahan sehingga perlu adanya sejumlah langkah strategis yang harus segera disepakati bersama antar pemangku kepentingan.
“Secara teknis kami akan segera melakukan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan diantaranya tata kelola air, alat-alat penunjang pengairan, Sumber air dan kapasitasnya. Kemudian langkah selanjutnya untuk membuat surat kepada BRIN untuk pengusulan Pengadaan Hujan Buatan,” ungkapnya.
Sementara, Bupati Cirebon, Imron berpesan, kepada para petani di wilayahnya untuk tidak terlalu paranoid atas gejala alam yang dialami para petani salahsatunya elnino. Pemerintah, kata Imron, tidak akan tinggal diam dalam mencari solusi agar produksi padi tetap berjalan.
“Ini sebanding dengan harga gabah yang mencapai Rp 8.500 per kg. Bahkan , beras di kisaran Rp 14.000 hingga Rp 15 ribu per kg, dan bisa menjadi bahan untuk antisipasi,” kata Imron.
Menurut Imron, dalam upaya menjaga kestabilan produk padi pihaknya terus melakukan koordinasi dengan elemen pemerintah lebih tinggi dalam keberlangsungannya.
“Saya instruksikan ke Distan untuk terus mendampingi para petani dan kolaborasi dengan HKTI. Hasil panen ini agar bisa menjadi triger stok pangan untuk keberlangsungan kebutuhan pokok masyarakat,” pungkasnya.***