KAB CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM) – Tinggal menghitung hari, pesta demokrasi lima tahunan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024. Pada Pemilu 2024 ini, rakyat akan memilih Presiden, DPR-RI, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Daerah.
Berbagai tahapannya sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini mendapatkan sorotan dari salah satu Komisioner KPU Kabupaten Cirebon periode 2014-2019, Sudiono, MH.
Menurutnya, Pemilu 2024 adalah pesta demokrasi rakyat lima tahunan yang harus disikapi secara serius, dan dijadikan sebagai barometer dalam menentukan pilihan pemimpin lima tahun ke depan.
“Rakyat saat ini sudah dewasa dalam menentukan pilihannya. Gunakan hak pilih secara cerdas dengan mencermati Daftar Calon Tetap (DCT), serta rekam jejak caleg sebelum menentukan pilihan,” ujar Sudiono kepada etnologimedia.com, Selasa (3/10/2023).
Ia berharap, masyarakat bisa menjaga persatuan dan kebersamaan dalam keberagaman. Karena, pada dasarnya semua sama. Sehingga, jangan mudah terprovokasi yang dapat memecah belah Indonesia.
“Jangan karena perbedaan warna dan pilihan, akhirnya saling menjelekkan, apalagi sampai menimbulkan sikap-sikap anarkis. Hal itu sangat tidak baik,” ucapnya.
Lebih lanjut, ungkapnya, sudah menjadi kewajiban bersama menjadikan Pemilu 2024 yang menyejukan dan riang gembira. Siapapun pemimpin kita, itulah yang terbaik dari yang baik dari pemimpin pilihan rakyat.
“Mari kita bersatu kembali dalam bhineka tunggal Ika untuk membangun, agar Indonesia berjaya,” ungkapnya.
Sementara, menilai Pemilu 2024, Sudiono mengatakan, pelaksanaan jauh lebih baik. Mulai dari proses DP4 hingga ke DPT tidak seperti pemilu 2019, pembagian dapil lebih merata dan memenuhi prinsip keadilan.
Selain itu, pemilihan badan ad hoc PPK dan PPS lebih terbuka dan transparan. Penyempurnaan proses penyelenggaraan pemilu terus dilakukan agar lebih baik.
“Maksudnya perbaikan seperti penyusunan DPT, penyusunan dapil, regulasi tentang kampanye, pelaksanaan hari H, rekapitulasi suara, dan lain-lain sudah dilakukan. Hal ini untuk meminimalisir human eror ditingkat penyelenggara,” katanya.
Termasuk, menjelang DCT juga banyak perbaikan data serta perubahan daftar caleg oleh partai politik peserta pemilu. Menurutnya, hal itu biasa terjadi sebelum benar-benar ditetapkan oleh KPU.
Di sisi lain, Sudiono tidak bisa memungkiri praktik “money politic” masih terjadi dalam setia pemilu. Kondisi itu menjadi hal yang lumrah dalam pesta demokrasi, namun pemilih harus lebih cerdas dalam memilih wakilnya untuk 5 tahun ke depan.
“Saya melihat fenomena tersebut hal yang wajar, karena mereka mengeluarkan dana yang tidak sedikit, perlu strategi jitu dalam memilih dan memilah kendaraan yang tepat untuk mengantarkan menjadi anggota dewan. Agar terpilih kan perlu pola dan taktik agar hasil terwujud,” tuturnya.
Sudiono menegaskan kepada masyarakat untuk mengetahui dan mempertimbangkan track record bacaleg yang dipilih. Jangan hanya diberi uang, kemudian akan menyesal 5 tahun ke depan.
“Pilihlah bacaleg yang berkompeten dan aspiratif untuk memajukan daerah, sehingga dapat menyejahterakan rakyat yang diwakilinya,” paparnya.
Ditambahkannya, Bacaleg incumbent maupun baru memiliki peluang yang sama. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.
Bacaleg incumbent tentu sudah sangat berpengalaman, tetapi bacaleg baru pun harus lebih keras lagi dalam merebut suara masyarakat.
“Pendekatan dan penyampaian visi dan misi harus rasional, sehingga mampu menyakinkan calon pemilih, agar tidak merasa dibohongi,” pungkasnya.***