KOTA CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM) – Laskar Agung Macan Ali Nuswantara Kesultanan Cirebon merayakan Milad ke-7 tahun dengan menggelar berbagai macam kegiatan yang dipusatkan di Alun-alun Sangkala Buana Kasepuhan, Sabtu (14/10/2023).
Dimulai Sabtu pagi, kegiatan diawali dengan pengobatan alternatif, donor darah, gebyar budaya Nuswantara, barongsai liong, kirab budaya Nuswantara, dan Tabligh Akbar Haul Panembahan Girilaya Panembahan Ratu II/Panembahan Abdul Karim Kesultanan Cirebon
Panglima Laskar Agung Macan Ali, Prabu Diaz mengaku, angka 7 merupakan angka yang sangat sakral. Maka dari itu banyak kegiatan yang digelar untuk memeriahkan miladnya tahun ini.
“Kami sengaja munculkan pagelaran budaya nuswantara dari pagi sampai sore. Ada kirab budaya Nuswantara yang diikuti peserta dari berbagai wilayah di Indonesia, lintas agama di Indonesia, ormas, dan komunitas. Mereka melakukan kirab dari depan Balaikota Cirebon ke Alun-alun Sangkala Buana Kasepuhan,” ujar Prabu Diaz kepada wartawan, Sabtu (14/10/2023).
Prabu Diaz mengatakan, pada acara milad nanti akan hadir pembina Laskar Macan Ali dari TNI, Polri, dan pemimpin adat di seluruh Indonesia.
Kegiatan seperti ini akan terus dilakukan tidak hanya pada saat milad, yang bertujuan ingin menjaga Marwah leluhur, yakni melestarikan tradisi, adat, dan budaya.
“Ini juga sekaligus uji coba thudong ke-2 yang akan diselenggarakan pada Januari 2025 mendatang,” katanya.
Terkait tema milad tahun ini “Satu Hati, Satu Rasa, Satu Komando”, Prabu Diaz menjelaskan, bahwa Indonesia adalah bangsa yang pluralis saling bergandengan tangan dalam satu hati. Bangsa Indonesia satu rasa dalam NKRI Bhineka Tunggal Ika. Bangsa Indonesia memiliki Tuhan Yang Maha Esa memerintahkan untuk menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya.
“Maka dari itu, tema Milad ke-7 ini penuh makna bersama dalam kebersamaan,” jelasnya.
Sementara, agenda Haul Panembahan Girilaya, Prabu Diaz menuturkan, selama ini tidak pernah dilaksanakan Haul doa bersama untuk beliau. Padahal, ini sangat penting mendoakan leluhur Cirebon.
Menurutnya, setelah periode Sunan Gunung Jati dengan gelar Susuhunan, karena beliau Wali. Selanjutnya kepemimpinan Cirebon adalah Panembahan.
Panembahan terakhir sebelum terpecahnya Kesultanan Cirebon menjadi Kasepuhan dan Kanoman, adalah Panembahan Ratu II atau Panembahan Abdul Karim yang dimakamkan di pemakaman Girilaya, Bantul Yogyakarta.
“Melalui Haul atau tawasul doa bersama untuk Panembahan Girilaya, kita tidak lupa dengan sejarah panjang bahwa beliau adalah keturunan Sunan Gunung Jati,” tuturnya.
Sejak Sabtu pagi, tidak henti-hentinya Prabu Diaz menerima tamu dari berbagai kalangan untuk memberikan ucapan selamat. Diperkirakan, masyarakat yang hadir dalam Milad ke-7 Laskar Agung Macan Ali Nuswantara ini mencapai ribuan orang.***