KOTA CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM) – Maraknya aksi bullying (perundungan) di kalangan siswa diantisipasi SD Negeri Kramat III Kota Cirebon bersama Polres Cirebon Kota melakukan sosialisasi kepada siswa, guru, dan orangtua siswa.
Kegiatan digelar selama dua hari Jumat dan Sabtu, 27-28 Oktober 2023, dengan mengikutsertakan ratusan siswa dari kelas 1 hingga kelas 6. Acara pembukaan pada hari pertama sempat dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Kadini, S.Sos.
Selain sosialisasi, siswa juga diajak untuk bersama-sama mendeklarasikan anti bullying dengan bersama-sama membubuhkan cap tangan pada spanduk.
Kepala SDN Kramat III, Eti Sukmanawati, S.Pd., mengatakan, kegiatan sosialisasi dan deklarasi anti bullying ini sekaligus memperingati Hari Anak Nasional Tahun 2023. Melalui kegiatan ini, siswa lebih memahami pentingnya kerukunan antar sesama, saling menyayangi, dan menghindari tindakan saling ejek.
“Selama ini tidak pernah terjadi kasus berarti di sekolah, namun dengan maraknya peristiwa yang diberitakan di media sosial, dikhawatirkan akan mudah diikuti oleh siswa. Maka dari itu, kami segera menggelar kegiatan ini,” kata Eti kepada etnologimedia.com, Sabtu (28/10/2023).
Eti mengungkapkan, aksi bullying yang marak di kalangan siswa sangat memprihatinkan. Okeh karena itu perlu dilakukan pencegahan sejak dini.
“Akibat aksi Bullying bisa berdampak kepada psikis anak dan pelaporan orangtua ke pihak berwajib,” ungkapnya.
Ditambahkannya, untuk meminimalisir aksi Bullying, di sekolah juga ada pelajaran PKN Budi Pekerti, sehingga siswa paham bagaimana bergaul dengan sesama temannya.
“Kami berusaha mencetak siswa berkarakter. Semoga aksi Bullying tidak ada lagi,” imbuhnya.
Sementara, Kasat Binmas Polres Cirebon Kota, AKP Sudarsono usai sosialisasi mengatakan, aksi Bullying kerap terjadi pada usia sekolah dasar, SMP, dan SMA. Makanya perlu sosialisasi sebagai pembelajaran sejak dini.
“Pembelajaran sejak dini jangan sampai terjadi saling bully membully. Pokoknya stop, jangan ada lagi korban yang mengakibatkan banyak dampak negatif terhadap fisik, psikis, dan sosial,” kata Sudarsono.
Agar sosialisasi bisa diterima, ujar Sudarsono, penyampaian harus dilakukan dengan bahasa yang mudah dipahami. Siswa harus merasa senang, sehingga materi dapat dicerna dengan baik.
“Materi berupa slide sudah disiapkan, namun itu tidak digunakan. Anak-anak lebih tertarik dengan cerita yang sesuai dengan pengalaman mereka sehari-hari,” ujarnya.
Menurutnya, antusias anak-anak sangat luarbiasa, makanya upaya pihak kepolisian untuk mencegah bullying ini bisa tersampaikan.
“Bullying sebenarnya dari dulu sudah ada, hanya saja saat ini aksinya sangat keterlaluan. Hal itu didukung berkembangnya media sosial yang mudah diakses oleh anak-anak. Harapan ke depan bullying tidak ada lagi,” pungkasnya.***