CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM)- Program pengentasan dalam menekan laju angka stunting terus digaungkan mulai dari pemerintah pusat hingga daerah.
Di Jawa Barat sendiri, direalisasikan dengan melaunching Bina Keluarga Balita Holistik Integratif Unggulan (BKB HIU) dengan turut memberdayakan Kampung Berkualitas dan membentuknya pada setiap kelurahan/desa, di seluruh Kota/Kabupaten.
Atas respon tersebut, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cirebon, Eni Suhaeni, melalui Kabid KB, Yati Fironike turut andil dalam launching secara daring yang berpusat di aula kantor DPPKB P3A Kabupaten Cirebon, Kamis, 23 November 2023.
Acara tersebut juga sekaligus merupakan bagian dari peluncuran secara serentak pada 19 BKB HIU se-Jawa Barat.
Kegiatan dibuka Kepala Perwakilan BKKBN Jabar, Fazar Supriadi Sentosa, yang dipusatkan di BKB HIU Wijaya Kusuma di Desa/Kecamatan langensari, Kota Banjar.
Kepala DPPKBP3A Kabupaten Cirebon, Eni Suhaeni, menerangkan, keluarga merupakan wahana dan pintu utama dalam mengasuh balita dan anak.
Untuk itu orang tua perlu diberi pemahaman bagaimana menjadi orang tua hebat yang mampu membina dan mengasuh anak-anaknya menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berkarakter.
Dalam rangka membentuk generasi emas, lanjutnya, perlu dipahami bagaimana faktor biologis dan faktor pengasuhan orang tua, berinteraksi secara dinamis dan berkesinambungan.
Dimana kedua faktor tersebut menentukan keseimbangan faktor risiko (sumber kerentanan) dan faktor proaktif (sumber ketahanan).
Program Bangga Kencana bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka mempersiapkan generasi emas melalui kegiatan pembinaan dan pengasuhan tumbuh kembang Balita dan anak di kelompok BKB.
“Melalui program BKB HIU ini orang tua bisa memeroleh pengetahuan dan keterampilan pengasuhan yang menyeluruh dalam memenuhi kebutuhan dasar anak, yaitu asuh, asih dan asah,” katanya.
Diterangkan, hak asuh untuk anak antara lain kebutuhan fisik-biomedis meliputi antara lain pemberian ASI, gizi yang sesuai, kelengkapan imunisasi, pengobatan bila anak sakit, pemukiman yang layak, kebersihan individu dan lingkungan, rekreasi dan bermain.
“Asih adalah kebutuhan emosional dan kasih sayang. Sedangkan asah adalah kebutuhan akan stimulasi mental yang merupakan cikal bakal untuk proses belajar anak,” katanya.
Terkait dengan BKB HIU, Eni menyampaikan, akan lebih memberdayakan Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) yang sudah terbentuk.
“Ini merupakan PR besar, setiap kelurahan dan desa di Kabupaten Cirebon harus segera dibentuk kampung Keluarga Berkualitas,” katanya.
Eni beralasan, karena kampung Keluarga Berkualitas tersebut menjadi wadah dari unsur pendukung lainnya, yakni ada Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL) sehingga sangat diperlukan kehadirannya di masing-masing desa/kelurahan.
Sementara, Mia Wadini dari BKKBN Provinsi Jabar menambahkan, melalui BKB HIU para orang tua bisa mendapatkan penjelasan terkait pengasuhan yang benar, terutama yang krusial adalah saat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Sebagai komitmen dan tindak lanjut dari launching BKB HIU, perwakilan dari BKKBN Jabar, pejabat DPPKBP3A Kabupaten Cirebon, TP PKK, pejabat Kemenag, pejabat lintas sektoral dan lainnya, mitra BKKBN, termasuk dari IPKB, menandatangani dukungan BKB HIU tersebut di aula DPPKBP3A Kabupaten Cirebon.
“Hubungan BKB dengan upaya pencegahan dan penurunan stunting tentunya sangat efektif. Khususnya di wilayah Provinsi Jawa Barat,” pungkasnya.***