CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM).- Kabupaten Cirebon melalui Dinas Pertanian (Distan) berhasil mengembangkan sektor pertanian dengan metode sistem organik.
Strategi tersebut didasari untuk mengatasi faktor penghambat pertanian dan upaya peningkatan produksi. Metode yang digunakan yakni dengan penerapan strategi unggulan pertanian sistem organik (supersonik).
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Alex Suheriawan menerangkan, sistem supersonik merupakan upaya dalam mengatasi permasalahan menurunnya kesuburan lahan pertanian.
Pertanian organik, kata Alex, merupakan salah satu sistem pertanian yang ramah lingkungan. Pertanian organik merupakan pertanian yang berwawasan lingkungan karena dalam pengolahannya menggunakan bahan organik yang akan menunjang dan menjaga kesuburan tanah.
Selain itu, kata alex, pengembangan metode supersonik lantaran semakin terbatasnya ketersediaan pupuk bersubsidi melalui penyebarluasan penggunaan pupuk organik yang dimotori melalui skema UPPO (Unit Pengolah Pupuk Organik) dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang tersedia.
“Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menangani dampak yang ditimbulkan dari penerapan sistem pertanian konvensional. Yakni dengan mengubahnya menjadi sistem pertanian berkelanjutan,” kata Alex, disela kegiatannya, Kamis (13/12/2023).
Alex menerangkan, sektor pertanian merupakan salah satu unggulan utama dalam kemajuan perputaran perekonomian Kabupaten Cirebon.
Bahkan, kata dia, Kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon pada tahun 2021 sebesar 15,20 persen.
Hal ini menjadikan sektor pertanian sebagai sektor kedua terbesar setelah industri pengolahan dalam struktur PDRB Kabupaten Cirebon.
“Oleh karena itu, strategi peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari upaya pengembangan sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan komoditas padi yang memiliki potensi besar di Kabupaten Cirebon,” terangnya.
Disisi lain, kata Alex, upaya peningkatan produksi padi di Kabupaten Cirebon melalui intensifikasi lahan mengalami berbagai hambatan.
Diantaranya ketersediaan sarana dan prasarana produksi yang belum optimal.
“Permasalahan ketersediaan sarana produksi padi yang dihadapi adalah adanya perubahan kebijakan. Serta mengenai alokasi pupuk bersubsidi yang berdampak pada semakin terbatasnya jenis pupuk yang disubsidi,” ungkapnya.
Disisi lain, kata Alex, kendala yang dihadapi pada aspek prasarana produksi adalah menurunnya kesuburan lahan sawah yang ditandai dengan rendahnya kandungan bahan organik di dalam tanah akibat penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus.
Praktik pertanian berkelanjutan mencakup penggunaan nutrisi organik dan biologis, rotasi tanaman, pengelolaan hama terpadu, dan peningkatan keberagaman biologis.
“Pola ini sudah diuji langsung dan bisa mengembalikan kerusakan tanah akibat pertanian anorganik,” ungkapnya.
Sementara Bupati Cirebon, Imron, mengapresiasi Dinas Pertanian atas inovasi yang diterapkan untuk kemajuan sektor pertanian di wilayahnya.
Menurutnya, pertanian organik menjadi pilihan penting kedepan karena merupakan pertanian yang berwawasan lingkungan.
“Karena dalam pengolahannya menggunakan bahan organik maka bisa menunjang dan menjaga kesuburan tanah. Serta mengembalikan kerusakan tanah akibat pertanian anorganik,” kata Imron, yang juga selaku Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon itu.
Menurut Imron, tantangan pertanian di era kedepannya adalah kemajuan teknologi yang tak terbendung. Sehingga kembali ke penggunaan sistem organik adalah solusinya.
“Sistem ini adalah jawab kebutuhan sektor pertanian kedepan. Sehingga ini bisa dijadikan sebagai standar pertanian baru di Kabupaten Cirebon. Harapannya tentu dengan inovasi ini bisa mengembangkan sektor pertanian dari sisi hasil produktivitas yang berujung untuk kesejahteraan masyarakat petani khususnya di Kabupaten Cirebon,” ungkapnya.***