CIREBON, ETNOLOGIMEDIA.COM- Memasuki penghujung tahun yang juga bertepatan dengan liburan sekolah. Sudah saatnya untuk berlibur bersama keluarga tercinta.
Bagi anda yang tidak berpergian ke luar kota, dan bingung mencari kegiatan yang aman untuk mengisi waktu luang buah hati selama masa liburan sekolah, jangan khawatir ada beberapa kiat menarik yang bisa jadi pilihan tepat mengisi waktu liburan.
Salah satu pendidik anak usia dini, Fitri Meliani, S.Psi, MM menyampaikan, usia golden age, bermain merupakan kebutuhan sekaligus sarana belajar anak. Sebab, dunia anak adalah bermain maka dengan bermain anak belajar berbagai hal, seperti kemandirian, mengenal emosi, berbagi, melatih keberanian, dan kreativitas.
Bermain, ujarnya, justru dapat mengasah kecerdasan, jika sarana bermainnya tepat. Dalam permainan, kita sebagai orang tua bisa memasukkan unsur-unsur pendidikan didalamnya.
Nah, sarana bermain seperti apa sih yang baik untuk anak dan dapat meningkatkan kecerdasan? Kalau bicara soal aspek keamanan, maka permainan tradisional yang paling baik diberikan, seperti kulit jeruk yang dibuat kapal-kapalan, biji-bijian untuk meronce, dedaunan untuk mewarnai kuku, bunga dan kulit kayu untuk kerajinan, dan sebagainya.
“Selain aman, murah, dan mudah didapat, permainan tradisional terbukti melatih keterampilan. Anak ditantang untuk membuat permainannya dulu, baru memainkannya,” tutur Fitri yang juga dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Islam Bunga Bangsa Cirebon (PIAUD UI BBC) kepada etnologimedia.com
Menurutnya, bicara soal aspek stimulasi kecerdasan, permainan sekarang jauh lebih beragam dan berwarna, yang baik untuk memfasilitasi perkembangan otak.
Namun, karena mainan sekarang diproduksi massal di pabrik, maka orang tua perlu memilah mainan yang bahan pembuatannya aman untuk usia anak tertentu.
Ada mainan yang hanya cocok untuk anak 0-1 tahun, seperti buku bantal, teeter (mainan gigit), dan boneka yang bahannya terbuat dari plastik atau pewarna yang aman jika tertelan.
Ada mainan untuk anak usia 2-3 tahun untuk melatih motorik kasar, seperti dorongan, mobil-mobilan, bola, dan lain-lain.
Ada mainan untuk anak usia 3 tahun ke atas, yang khusus melatih motorik halus, seperti mainan ronce, manik-manik, balok, gunting anak, kertas lipat, dan lainnya. Biasanya di setiap box mainan ada keterangan usia penggunanya.
Anak-anak modern cenderung dimanjakan dengan kemudahan mendapatkan mainan, tinggal beli, tidak berpikir lagi bagaimana menciptakan mainan. Sehingga ketika mainan itu rusak, anak tinggal minta dibelikan lagi.
Seiring perkembangan zaman, permainan menjadi lebih kompleks, lebih kompetitif dan menantang. Namun, pada beberapa jenis permainan modern, seperti playstation, wii, game online, esensi bermainnya hilang, alih-alih malah meningkatkan agresivitas pada anak.
“Orang tua sangat perlu meningkatkan pengawasan saat anak bermain game online, jika ada adegan yang tidak patut untuk disaksaikan anak, maka perlu dihentikan dan anak perlu diberi arahan,” jelas Fitri Meliani.
Senada dengan itu, Intan Kurnia Dewi, seorang ibu dua anak mengaku sepakat jika orangtua harus pintar memilih permainan untuk anak. Sebab tidak semua jenis permainan cocok dengan anak.
Dikatakannya, setiap orang tua perlu mengetahui cara memilih mainan anak sesuai usia. Tak sekadar untuk mengisi waktu bermainnya, mainan yang diberikan kepada anak juga bisa menjadi sarana untuk mendukung tumbuh kembang serta mengasah kreativitas, keterampilan, dan kecerdasannya.
“Ini penting sekali agar orangtua bisa memilih permainan anak yang aman dan dapat mengasah ketrampilan. Selain itu juga, kita yang memiliki balita atau toodler (anak usia dini) semestinya ikut mendampingi, dan mengawasi saat anak bermain,”ungkap Intan.***