KOTA CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM) – Penyalahgunaan narkotika, psikotoripika, dan zat adiktif (napza) di Kota Cirebon kondisinya masih memprihatinkan. Penggunanya sebagian besar merupakan generasi muda.
Hal tersebut disampaikan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) Yayasan Putra Agung Mandiri Kota Cirebon, Aset, dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat Program Magister Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan di IPWL Yayasan Putra Agung Mandiri Kota Cirebon, beberapa waktu lalu.
Aset mengatakan, Kota Cirebon darurat narkoba. Sebab, angka penyalahgunaannya semakin tinggi. Khususnya pengguna zat adiktif dari obat-obatan yang dijual dengan resep dokter.
“Banyak pengguna dan pengedar yang tertangkap oleh petugas. Tapi masih banyak juga yang bertransaksi dengan bebas,” katanya.
Menurutnya, para pengguna napza banyak yang mencari alternatif zat lain yang yang disalahgunakan dengan harga terjangkau.
“Sejak tahun 2017, saya sudah mengendus ada zat baru yang beredar yakni Kratom. Zat tersebut muncul setelah hilangnya tembakau gorila, karena pil trihex dan tramadol agak sulit mendapatkannya,” tuturnya.
Diungkapkannya, efek yang ditimbulkan oleh kratom sama dengan tramadol. Makanya, banyak generasi muda yang menyalahgunakannya.
“Selama ini penggunaan kratom belum bisa dijerat hukum, padahal terdapat kandungan zat adiktif didalamnya,” ungkapnya.
Terkait bahayanya, Aset menuturkan, penggunaan kratom bisa mengakibatkan ketergantungan. Bahkan, badan bisa menjadi kaku seperti kayu.
“Biasanya yang kecanduan akan menambah dosis lebih banyak. Ada dua macam kratom, serbuk hijau dan merah. Serbuk merah dengan efek lebih kuat,” tuturnya.
Ia mengaku, sudah berkoordinasi dengan pihak terkait tentang metamorfosis penggunaan zat adiktif di kalangan generasi muda di Kota Cirebon.
“Melihat kondisi itu, saat ini bisa dibilang lebih dari darurat. Pengawasannya harus lebih ketat lagi,” ungkapnya.***