KOTA CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM) – Himpunan Mahasiswa Komputerisasi dan Akuntasi (Himaka) Universitas Catur Insan Cendekia (UCIC) Cirebon menggelar kegiatan Kitsu Akari Fest Ngewibu Bareng Himaka Tahun 2024. Kegiatan tersebut digelar di Kampus UCIC Jalan Kesambi Kota Cirebon, Minggu (14/1/2024).
Berbagai perlombaan memeriahkan kegiatan awal tahun 2024 yang digelar UCIC tersebut di antaranya, lomba J-song (Nyanyi Lagu Jepang), Coswalk (Cosplay Fashionshow), FanArt, Photograpy, dan musik akustik.
Terdapat 50 peserta lomba yang merupakan siswa siswi SLTA dan mahasiswa dari wilayah Ciayumajakuning, Daerah Istimewa Yogyakarta, Semarang, Bali (Politeknik Negeri Bali), Jakarta (Universitas Esa Unggul), dan Lombok (Universitas Hamzan Wadi)
“Kegiatan ini mendapat apresiasi dari banyak pihak. Sehingga, peserta yang mendaftar tidak hanya dari wilayah Cirebon, namun juga dari luar kota. Alhamdulillah, tiket yang terjual pun mencapai 250 tiket,” ujar Rohsaidhi Dwi Atmaja selaku Ketua Panitia/Ketua Himaka UCIC.
Rohsaidhi mengatakan, kegiatan Kitsu Akari ini bertujuan memberikan wadah untuk mengaplikasikan hobi, dan kreatifitas bagi mahasiswa-mahasiswi UCIC yang tertarik pada budaya negara Jepang serta ikut meramaikan serangkaian acara 4 dekade UCIC.
“Festival Kebudayaan Jepang ini bertemakan “Kitsu Akari” yang memiliki arti “Rubah yang Bercahaya”. Nama ini dipilih karena Rubah merupakan hewan yang dianggap suci dan diagungkan di Jepang. Rubah adalah hewan yang cerdas dan berani mengambil tindakan seperti mewakili mahasiswa/mahasiswi Komputerisasi Akuntansi. Lalu cahaya yang berarti prodi Komputerisasi Akuntansi menjadi pelopor ide festival Jepang di UCIC,” katanya.
Sementara, Rektor UCIC Cirebon, Dr. Chandra Lukita, mengungkapkan, budaya Jepang memiliki banyak kelebihan yang bisa dipelajari. Oleh karena itu, pihaknya mengamanatkan kepada mahasiswa untuk terbuka mempelajari budaya-budaya negara lain.
“Sambil mempelajari sisi baiknya dari budaya, mahasiswa UCIC juga bisa berbaur dengan komunitas-komunitas yang ada di Cirebon,” ungkapnya.
Menurut Chandra, melalui kegiatan ini mahasiswa juga bisa belajar menjadi pemimpin dalam berbagai event yang dilaksanakan.
“Sebagai event organizer juga bisa menanamkan jiwa kepemimpinan, kreatif, serta bertanggungjawab mengelola kegiatan dengan baik. Inilah kreatifitas para mahasiswa agar inner beauty-nya keluar,” ujarnya.
Namun demikian, Chandra berpesan, mahasiswa UCIC tetap harus menjunjung tinggi budaya nusantara, sebagai dasar yang harus dimiliki dalam diri semua civitas akademika maupun mahasiswa.
“Kegiatan-kegiatan yang digelar juga merupakan pengabdian kepada masyarakat. Para dosen dan civitas bisa mengambil hikmah, bahwa pembelajaran tidak ada di kelas, namun juga bisa diterapkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di luar kampus atau kelas,” pungkasnya.***