CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM)- Memasuki musim penghujan tahun ini, potensi terjadinya sejumlah bencana alam di tiap daerah bisa saja terjadi.
Sejumlah antisipasi pun terus dilakukan guna meminimalisasi akan dampak yang mungkin saja bisa terjadi.
Mulai dari koordinasi lintas sektoral dan pemetaan daerah dan kawasan rawan bencana yang dibutuhkan penanganan intensif.
Di Kabupaten Cirebon sendiri saat ini menyandang status Siaga Darurat Bencana Hidrometrologi. Hal itu sesuai surat keputusan (SK) yang dikeluarkan Bupati Cirebon.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Denny Nurcahya, menerangkan, per 1 Desember 2023 sampai 1 April 2024 Kabupaten Cirebon berstatus Siaga Darurat Bencana Hidrometrologi.
“Status ini hasil kajian dan analisis kedaerahan. Kemudian Bupati Cirebon yang mengeluarkan statusnya melalui penandatanganan SK siaga bencana daerah,” kata Denny, disela kegiatannya, Senin (29/1/2024).
Deni merilis, dari data selama tahun 2023 tercatat sebanyak 375 kejadian. Jumlah tersebut meliputi 252 kekeringan, 38 kebakaran lahan. 29 Cuaca Ekstrem, 10 Tanah Longsor, 1 Gempa Bumi, 45 Banjir.
Namun, kata Denny, untuk anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) bencana alam belum dapat dikeluarkan. Anggaran tersebut dapat dicairkan ketika pemerintah daerah mengeluarkan status darurat bencana. Keputusan itu pun dikeluarkan oleh pemerintah daerah, tatkala terjadi bencana yang berkesinambungan.
“Tahun kemarin 2023 lalu, BTT tidak bisa terserap, lantaran Kabupaten Cirebon tidak mengeluarkan status darurat bencana. Dan anggaran itu tetap menjadi kas daerah. Sebab, setiap tahun alokasi anggaran BTT itu selalu disiapkan oleh pemerintah daerah melalui BKAD. Besarannya, yang mengetahui BKAD,” terangnya.
Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik (Darlog) BPBD Kabupaten Cirebon, Hendi Eko Prasetyo menjelaskan, diawal tahun 2024 ini, sudah banyak kejadian di Kabupaten Cirebon. Meliputi cuaca ekstrem, banjir, hingga angin puting beliung.
Akibat dari itu, menyebabkan beberapa rumah mengalami kerusakan. “Setidaknya BPBD mencatat ada 52 unit rumah mengalami kerusakan dengan kategori rusak ringan, 1 unit rumah rusak sedang dan 1 rumah rusak berat,” katanya.
“Kemudian 250 unit rumah terendam banjir. Menyebabkan 315 Kepala Keluarga (KK) dan 934 jiwa yang terdampak bencana dan 6 jiwa mengalami luka ringan ,” lanjutnya.
Eko, sapaan akrabnya menjelaskan, diawal tahun ini, bencana dimaksud terjadi dibeberapa kecamatan. Mulai dari Kecamatan Mundu, Plered, Plumbon, hingga Greged.
“Seperti di Kecamatan Mundu, ada angin puting beliung menyebabkan 33 unit rumah mengalami rusak ringan. Di Desa Gamel, terjadi banjir menyebabkan 45 unit rumah terendam. Hujan deras disertai angin kencang di Plered menyebabkan 1 unit rumah mengalami rusak berat,” terangnya.
“Kemudian di hujan deras dan angin kencang di Blok Pasanggrahan Desa Plumbon Kecamatan Plumbon menyebabkan 1 unit rumah rusak sedang. Hujan sedang dan angin kencang di Greged menyebabkan atap SMPN 2 Greged ambruk,” lanjutnya.
Kemudian Banjir di Desa Banjarwangunan Kecamatan Mundu, menyebabkan 160 unit rumah terendam dan tanah longsor, di wilayah Kecamatan Mundu. Tepatnya di Desa Sinarancang.
Selain itu, hujan deras dan angin kencang di Desa Megu Cilik, Kecamatan Megu menyebabkan pohon tumbang. Kemudian hujan deras dan angin kencang di Desa Purbawinangun Blok Cibiuk Kecamatan Plumbon.
“Peristiwa itu menyebabkan 15 unit rumah mengalami rusak ringan. Kemudian 6 unit ruko, 1 unit pabrik, 1 unit gudang kayu mengalami rusak ringan dan 10 Pohon tumbang,” ungkapnya.***