CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM)- Sejumlah dosen Ilmu Komunikasi dari Fisip Universitas Swadaya Gunungjati (UGJ) Cirebon menggelar Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di RW 08 Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat.
PKM tersebut fokus pada penyuluhan mengenai pengemasan produk dan pelatihan komunikasi pemasaran e-commerce bagi para pengrajin “batik proklim”.
PKM yang sudah tertuang dalam jurnal pengabdian masyarakat ini dibuat oleh Dr. Farida Nurfalah, S.Sos., M.Si, Dr. Siti Khumayah, SE, SH, M.Si, Nurhana Dhea Parlina, SE., MM, Dr. H.M.Nuruzzamn, S.Ag., M.Si, dan Nelia Fariani Siregar, SS., M.Pd.
Jurnal yang dibuat juga melibatkan sejumlah dosen lain meliputi dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Dengan judul “Potensi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, mereka mengelaborasikan dengan Program Kampung Iklim (Proklim) Lestari di Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.
Dalam jurnal tersebut dijelaskan kegiatan PKM tersebut didorong dengan kondisi geografis Jabar khususnya di Kota Cirebon. Kawasan tersebut kaya akan beragam hasil kerajinan yang identik dengan kawasan pesisir laut pantura yang salahsatunya konsen di bidang kerajinan batik.
Sehingga dengan adanya potensi tersebut, menginisiasi pihak akademisi untuk turut serta dan berkontribusi dalam pengembangan usaha yang tengah dijalankan.
Perwakilan dosen, Farida Nurfalah menerangkan, kegiatan PKM yang dilakukan sebagai langkah dan upaya dalam menjawab tuntutan zaman bagi para pelaku UMKM.
Sehingga diharapkan adanya perbaikan bagi sebuah penyelenggaraan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang lebih merata dan lebih berorientasi kepada masyarakat.
“Ini merupakan sebuah keharusan dalam penataan ekonomi mikro kerakyatan yang bergerak di sektor informal. Reformasi ekonomi di Indonesia perlu ditegaskan dengan adanya pendekatan pengembangan ekonomi mikro yang lebih berorientasi kepada masyarakat,” kata Farida disela kegiatan PKM, Senin (26/8/2024).
Meskipun eksistensi pengrajin “Batik Proklim” di Kampung Proklim sudah dikenal di masyarakat, kata Farida, akan tetapi dalam aspek pemasaran sedikti terkendala.
Karena brand atau merek yang masyarakat lebih mengetahuinya batik hasil karya trusmi.
Selain itu berdasarkan hasil observasi konsumen masih terbatas.
“Maka diperlukan pelatihan potensi pemberdayaan ekonomi masyarakat Pengrajin “Batik Proklim” di Kampung Proklim melalui pengemasan design produk. Sehingga harus ada upaya untuk mengemas pesan secara lebih representatif lagi,” katanya.
Farida menerangkan, perubahan pokok yang ada pada paradigma baru pemberdayaan ekonomi dimaksud untuk pemberian peran yang lebih besar kepada masyarakat.
Serta menempatkannya sebagai subyek sekaligus obyek ekonomi. Maka munculah beragam komunitas masyarakat salah satunya yaitu masyarakat pengrajin “Batik Proklim” di Kampung Proklim.
Ia menjelaskan, berdasarkan kerangka tersebut maka akan ada hubungan fungsional antar para pelaku ekonomi dan obyek ekonomi yang ada.
Sehingga selama mengalami modifikasi sesuai dengan kondisi, peluang tujuan dan tuntutan yang berkembang di masyarakat.
“Karenanya diperlukan potensi pemberdayaan ekonomi. Pengrajin Batik Proklim Lestari ini yang dilakukan KSM Secerah Pagi larangan memiliki showroom tersendiri di RW 08 yang sudah dikenal di masyarakat,” katanya.***