BAGI seorang polisi, menjalankan tugas menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan secara profesional. Hal ini yang selalu dijalankan Kanit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (Turjawali) Satsamapta di Polresta Cirebon, Iptu Iwan Setiyanto.SH.
Meski dengan kesibukan menjalankan tugasnya, Iwan Setiyanto pun ternyata begitu dekat dengan masyarakat dan aktif bergotong royong di kegiatan sosial.
Salah satunya yakni sejak dua pekan terakhir, Iwan bersama warga sekitar bergotong royong membangun Mushola Nurul Huda 2, di Blok Urug RT 14 RW 07, Desa Sidawangi, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.
Bahkan Iwan pun ikut andil dalam pembangunan agar dapat mewujudkan harapan masyakarat.
Kedekatan Iwan dengan masyarakat di Desa Sidawangi tersebut terlihat saat Etnologimedia mendatangi lokasi pembuatan Mushola Nurul Huda 2, Kamis (5/9/2024) sekira pukul 09.00 WIB.
Tampak sejumlah warga yang mengetahui kedatangan Iwan, langsung menghentikan sementara pekerjaan dan langsung menghampiri dan menyalami Iwan.
Bahkan terlihat Iwan begitu akrab bercengkrama dengan warga. Tak ada jarak di antara mereka.
Bagi warga sekitar, sosok Iwan adalah orang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kepentingan masyarakat.
Seperti dalam proses pembangunan mushola ini, Iwan pun bisa memberikan solusi atas kesulitan anggaran untuk kebutuhannya.
Pada kesempatan tersebut, Iwan ngobrol santai sambil “ngopi bareng” dengan sejumlah warga disela waktu istirahat.
Tak lama beristirahat, warga pun kembali bekerja saling membagi tugas sesuai keahlian dengan memegang alat bantu kerja masing-masing.
Iwan pun tak canggung langsung turun membantu warga dalam proses pengerjaan mushola yang baru mencapai 30 persen itu. Terlihat keakraban dari mereka kental terasa tanpa batasan status sosial.
Ternyata, di kalangan masyarakat Desa Sidawangi, ‘Om Iwan’ (sapaan warga untuk Iwan), sudah tidak asing lagi lantaran memiliki histori tersendiri.
“Om Iwan memang bukan kelahiran sini, melainkan Ibu Iwan (istri Iwan, red) yang asli warga Sidawangi. Beliau telah banyak membantu warga dan berkontribusi khususnya di bidang sosial,” kata Ali Lukman, yang dipercaya sebagai mandor pembangunan mushola itu.
Ali menceritakan, contoh kontribusi Iwan dalam pembangunan mushola tak terbantahkan. Saat perencanaan pembangunan mushola, dirinya sempat berdiskusi kecil dengan Iwan.
Awalnya sempat pesimistis karena terkendala besarnya anggaran pembangunan ulang mushola yang kondisinya memprihatinkan.
Hasil perhitungan, bengkaknya biaya itu muncul karena harga material bangunan yang terus naik. Ditambah kondisi posisi bangunan yang berada tepat disamping jalan desa tepian jurang dengan ketinggian sekira 10 meter.
Hal itu yang menyebabkan bengkaknya biaya untuk pengurugan pondasi dan pengecoran pembuatan lantai dasar mushola.
“Soal tenaga kerja sih tidak khawatir karena banyak warga gotong royong setiap harinya. Terkadang hingga larut malam pengerjaan ini . Bahkan ibu-ibu disini bergiliran mengirimkan makanan dengan sukarela saking antusiasnya karena merasa saling memiliki dan ingin berkontribusi,” kata Ali.
Ia menargetkan dalam sebulan ke depan, mushola bisa rampung dikerjakan. Sementara ini, anak-anak yang biasa mengaji setiap waktu Maghrib hingga Isya dialihkan sementara ke rumah ustad Sunaryo.
“Ada sekitar 30 anak dari tiga RT yang mengaji di mushola ini dengan bimbingan ustad. Bahkan seminggu sekali ada kegiatan manakiban dan shalawatan di mushola ini. Kami membayangkan jika ini rampung dan harapan jemaahnya semakin banyak,” kata Ali.
Sementara itu, Iwan kepada Etnologimedia mengaku, selama ini ikhlas dan senang bisa bermanfaat bagi masyarakat. Selain ada sumbangan dana dari kantong pribadinya, Ia pun ikut berusaha mencari donatur untuk memenuhi kebutuhan anggaran pembangunan mushola tersebut sekira Rp 300 jutaan.
“Anggaran (uang pembangunan mushola, red) sebanyak itu bukan sepenuhnya dari kantong pribadi mas. Saya hanya nyumbang sebagian kecilnya saja. Gaji polisi kan tau sendiri. Yang besarnya itu dari para dermawan dan donatur, saya hanya sekadar memfasilitasi saja,” ungkapnya.
Menurut pengakuan Iwan, jumlah mushola dan masjid yang telah dibantu sebanyak dua mushola dan tiga masjid berupa fasilitas umum berupa karpet, sarana wudhu dan lainnya.
Bahkan dirinya mengaku sudah menyalurkan bantuan serupa ke masjid di Jawa Tengah tempat kelahirannya.
“Selaku Polisi, tentu saya punya prinsip. Bukan kita mau apa setelah mendapat jabatan, tapi apa yang kita akan lakukan setelah memiliki jabatan. Asalkan bisa dirasakan langsung oleh masyarakat dan mudah-mudahan bisa bermanfaat,” tutup Iwan.
Saat lagi wawancara, tetiba ada warga lainnya sambil lari kecil dan membawa dua ikat petai hasil metik langsung dari pohon. Orang tersebut menghampiri Iwan dengan setengah memaksa untuk menerima hasil bumi yang dipanennya.
Rupanya orang dengan perawakan paruh baya tersebut merupakan pengurus mushola lainnya yang belum lama ini rampung dikerjakan atas bantuan Iwan.
Dia adalah Dasma, pengurus Mushola Nurjanah, di Blok Seureuh Beureum, RT 19/ RW 10, yang masih masuk desa Sidawangi.
“Tolong terima petai ini pak. Ini barusan saya metik langsung dari pohon, sebagai bentuk terimakasih atas sumbangsih pembangunan mushola Nurjanah,” kata Dasma.
Meski sempat menolak pemberian Dasma, Iwan akhirnya menerima dan berinisiatif langsung beranjak mengecek kembali mushola yang rampung dibangun.
Jaraknya pun sekira 1 km dari posisi mushola yang tengah dibangun dan pamit kepada warga yang sedang bekerja.
“Kalau di Mushola Nurjanah, pak Iwan memberikan bantuan sebesar Rp25 Juta. Kami gunakan untuk membuat tempat wudhu, keramik, pengecatan dan lainnya. Makanya kepedulian beliau membangun mushola sangat dirasakan masyarakat untuk keperluan sarana ibadah,” kata Dasma.*(Mamat Rahmat/Etnologimedia)