CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM) – Keraton Kasepuhan mengadakan tradisi budaya Panjang Jimat, untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW, Senin (16/9/2024) malam.
Tradisi ini adalah rentetan dari tradisi sebelum-sebelumnya, yang mulai dari awal bulan safar hingga 12 maulid ini menjadi puncak dari rentetan acara tersebut.
Banyak pengunjung datang dari berbagai daerah memadati kawasan Keraton untuk mengikuti dan memeriahkan acara tersebut.

Pada sore hari sebelum acara dilaksanakan Pangeran Raja Muhammad Nusantara, Pangeran Raja Patih Gumelar Suryadiningrat beserta kerabat Keraton berkeliling di kawasan keraton untuk melihat dan memastikan acara tersebut berjalan dengan lancar.

Pada awal acara dibuka dengan bersholawat dan ditonton oleh para pengunjung lewat layar lebar yang disediakan oleh pihak keraton.
Kemudian yang ditunggu-tunggu oleh para pengunjung yaitu iring-iringan panjang jimat, yang diawali keluarnya perangkat dari keputren masuk menuju bangsal Prabayaksa, adapun kelompoknya yaitu:
Pertama: Kelompok lilin yang menggambarkan bahwa Kelahiran Nabi Muhammad SAW terjadi pada malam hari.
Kedua: Kelompok Perangkat upacara yang terdiri dari Manggaran, Nagan dan jantungan yang melambangkan kebesaran dan keagungan.
Ketiga : Kelompok Air Mawar, Pasatan (Salawat/Shodakoh) dan kembang goyang. Air Mawar dan Pasatan menggambarkan bahwa kelahiran bayi didahului oleh keluarnya air ketuban dan kelahiran ini disyukuri dengan sodakoh. Kembang goyang menggambarkan usus/ ari ari sebagai pengiring kelahiran.
Keempat : Kelompok air serbad terdiri dari 2 guci , 2 baki berisi perlengkapan minum dan 4 baki berisi botol serbad. Air serbad menggambarkan darah sebagai tanda bahwa kelahiran telah selesai, dan 4 baki baki berisi botol serbad menggambarkan bahwa manusia berasal dari 4 unsur yaitu tanah , air, api dan angin.
Kelima: kelompok Tumpeng Jeneng, Nasi Uduk dan Nasi Putih menggambarkan bahwa bayi yang dilahirkan perlu diberi nama yang baik dengan harapan kelak menjadi orang yang berguna.
Keenam: Kelompok Meron masuk dari Bangsal. Pringgandani. Meron ini berisi macam-macam makanan dan buah-buahan.
Ketujuh : Kelompok Dongdang keluar dari pintu buk sebelah barat yang nantinya menyambung dengan iring-iringan didepan Keraton, dongdang ini berisi berbagai macan lauk-pauk.
Acara selanjutnya adalah Penata upacara menghadap Gusti Sultan Sepuh XV (lima belas) diwakili Pangeran Patih Raja Muhammad Nusantara mohon restu untuk memberangkatkan barisan dan menurunkan panjang jimat dari Bangsal Panembahan menuju ke Langgar Agung tempat acara asrakalan yaitu pembacaan kitab barzanji.
Adapun kelompok pengiringnya, di antaranya:
Kelompok Pertama Payung keropak, Tunggul Manik dan Damar Kurung. Kelompok ini sudah siap di depan keraton yang akan menyambut keluarnya panjang jimat.
Lilin dan pimpinan barisan yaitu Pangeran Irwan Jayakusuma, kelompok ini menggambarkan kesiapan – kesiagaan Ki Abdul Mutholib dalam mencari bidan (dukun melahirkan) dengan membawa obor penerang, dalam menyambut kelahiran seorang bayi yang peristiwanya berlangsung malam hari, yang di kemudian hari menjadi panutan dan pemimpin umat Islam yaitu Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Kelompok Kedua Lilin, perangkat upacara, Manggaran, Nagan dan jantungan yang melambangkan kebesaran dan keagungan.
Kelompok ketiga Lilin Air Mawar dan Pasatan menggambarkan bahwa kelahiran bayi didahului oleh keluarnya air ketuban dan kelahiran ini disyukuri dengan sodakoh.
Kelompok Keempat Lilin Pangeran Patih Raja Muhammad Nusantara yang mewakili Gusti Sultan Sepuh XV yang didampingi oleh para pini sepuh, menggambarkan bayi yang dilahirkan kemudian akan menjadi seorang pemimpin umat islam yaitu Nabi Besar Muhammad SAW.
Kelompok Kelima Lilin Kembang goyang menggambarkan usus/ ari ari sebagai pengiring kelahiran.
Kelompok keenam Lilin Penghulu Keraton. Panjang jimatKe I, Sentana Wargi, menggambarkan salah satu hari yang tujuh yaitu hari senen.
Kelompok ketujuh Lilin Panjang jimat Ke II, Sentana Wargi, menggambarkan salah satu hari yang tujuh yaitu hari selasa.
Kelompok kedelapan Lilin Panjang jimat Ke III, Sentana Wargi, menggambarkan salah satu hari yang tujuh yaitu hari rabu.
Kelompok kesembilan Lilin Panjang jimat Ke IV, Sentana Wargi, menggambarkan salah satu hari yang tujuh yaitu hari kamis.
Kelompok ke-10, Lilin Panjang Jimat ke-V, Sentana Wargi, menggambarkan salah satu hari yang tujuh yaitu hari jumat.
Kelompok ke-11, Lilin Panjang jimat Ke VI, Sentana Wargi, menggambarkan salah satu hari yang tujuh yaitu hari sabtu.
Kelompok ke-12, Lilin Panjang jimat Ke VII, Sentana Wargi, menggambarkan salah satu hari yang tujuh yaitu hari ahad.
Kelompok ke-13, Lilin Sepasang Guci air serbad menggambarkan darah sebagai tanda bahwa kelahiran telah selesai.
Kelompok ke-14, Lilin 4 baki baki berisi botol serbad menggambarkan bahwa manusia berasal dari 4 unsur yaitu tanah, air, api dan angin.
Kelompok ke-15, Lilin Tumpeng Jeneng, Nasi Uduk dan Nasi Putih menggambarkan bahwa bayi yang dilahirkan perlu diberi nama yang baik dengan harapan kelak menjadi orang yang berguna.
Kelompok ke-16, Lilin, Meron 1, Lilin, Meron 2, Lilin, Meron 3, Lilin, Meron 4 dan Dongdang 1 s/d 4 ditutup kain putih dan diiringi Sentana Wargi.
Pangeran Raja Patih Gumelar Suryadiningrat bersyukur acara tersebut berjalan dengan lancar.
“Alhamdulillah malam ini keraton kasepuhan di tahun 2024 masih bisa melaksanakan peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW dikemas dengan nama tradisi Panjang Jimat. Panjang itu diperingati sepanjang masa. jimat itu sijikan umat,” ucapnya.
Ia juga menjelaskan tradisi tersebut ialah tradisi turun temurun yang memang harus terus dilestarikan karena tradisi itu amanah dari leluhur.
“Ini sebetulnya tradisi turun temurun yang memang diperingati di Keraton Kasepuhan ini kenapa harus dilestarikan atau menjaga karena ini ada tradisi yang amanah dari leluhur kami dan memperingati seorang pemimpin yaitu Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir di mana beliau itu mendapatkan perintah juga dari Allah dalam hal dari isra Mi’raj itu salat lima waktu, kurang lebih begitu” jelasnya.
Gumelar juga menambahkan pesan dan kesannya terhadap tradisi maulid nabi tersebut.
“Pesan dan kesan peringatan Nabi ini dimana seorang pemimpin ini harus bisa mengayomi, meneladani apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad sebagai seorang pemimpin dunia maupun akhirat, dimana seorang pemimpin juga harus bisa melindungi masyarakatnya juga, mensejahterakan masyarakat juga, dan mendidik juga jangan sampai mendzolimi seorang pemimpin ini, di dalam pemimpin suatu, pemimpin di suatu daerah maupun negara di Indonesia maupun di negara lain” jelasnya.
Sementara itu, Ilham Habibie juga hadir dalam acara Maulid Nabi di Keraton Kasepuhan Cirebon mengatakan, tradisi budaya salah satu contohnya maulid nabi ini harus terus dilestarikan dan diadakan.
“Tradisi yang sudah lama kita temukan di Cirebon indah sekali. Saya kira tradisi seperti ini harus kita lestarikan dan harus kita juga tetap jalankan. Waaupun kita sudah hidup di abad ke-21, tapi saya kira itu sangat universal dan boleh dikatakan abadi,” ucapnya.
Ia ingin terus menciptakan inovasi seperti melestarikan tradisi budaya agar dapat melekat dimasyarakat.
“Kalau buat saya, kita kan mau melakukan perubahan atau adanya kemajuan di Indonesia. Disitu saya kira perlu kita ingat ada kata kunci namanya inovasi. Inovasi itu menurut saya yang selalu memperhatikan kearifan lokal,” tambahnya.***