CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM)- Antrean panjang truk pengangkut sampah terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunungsantri, Desa Kepuh, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, Selasa (7/1/2025).
Kondisi ini merupakan dampak dari penutupan sementara TPA Kubangdeleg menyusul protes warga terkait pengelolaan yang dinilai buruk.
Berdasarkan pengamatan di lokasi sekitar pukul 08.00 WIB menunjukkan puluhan truk berwarna hijau bertuliskan “Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cirebon” mengular di depan pintu masuk TPA.
Para sopir truk terlihat beristirahat di warung sekitar sambil menunggu giliran membuang sampah sejak pukul 06.00 WIB.
Petugas harian TPA Gunungsantri dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon, Salam, menyebutkan bahwa perpindahan armada dari wilayah timur ke Gunungsantri menyebabkan lonjakan jumlah truk yang signifikan.
“Dari wilayah timur, ada 17 armada yang sekarang bergabung dengan 42 armada wilayah barat. Totalnya 59 truk masuk setiap hari. Per mobil bisa mengangkut hingga 7 ton sampah, bahkan dua kali angkut jika diperlukan,” ungkap Salam.
Ia menjelaskan, meskipun belum terjadi penumpukan sampah, volume yang meningkat membuat kapasitas lahan Gunungsantri terancam cepat penuh. “Kontrak lahan untuk satu tahun bisa jadi hanya bertahan beberapa bulan,” ujarnya.
Selain itu, jam kerja petugas juga bertambah karena harus melayani antrean yang lebih panjang.
“Biasanya selesai pukul 13.30 WIB, sekarang bisa molor hingga 14.30 WIB,” katanya. Salam berharap TPA Kubangdeleg dapat segera dibuka kembali untuk mengurangi beban di Gunungsantri.
Keluhan Sopir dan Dampak Penutupan
Sopir truk, Andi Suhandi, mengaku kelelahan akibat jarak tempuh yang jauh dan waktu tunggu yang lama.
“Dari Kubangdeleg ke sini sekitar 45 kilometer. Antrean panjang juga mengurangi waktu untuk kembali mengambil sampah,” keluhnya.
Sementara itu, Kepala DLH Kabupaten Cirebon, Iwan Ridwan Hardiawan, menjelaskan bahwa penutupan TPA Kubangdeleg disebabkan protes warga Desa Kubangdeleg terkait buruknya pengelolaan yang dinilai merugikan mereka.
“Dialog dengan masyarakat akan terus dilakukan untuk mencari solusi terbaik. Namun, beberapa perbaikan seperti pengawasan modern memerlukan waktu karena masih dalam proses pengembangan,” jelas Iwan.
Ia juga mengakui bahwa penutupan ini meningkatkan biaya operasional dan waktu pengelolaan sampah.
“Dampaknya signifikan karena wilayah timur yang biasanya dilayani Kubangdeleg kini dialihkan ke Gunungsantri,” tambahnya.
Iwan menjelaskan, pihaknya berharap dialog dengan warga Kubangdeleg dapat menghasilkan kesepakatan agar TPA tersebut bisa kembali beroperasi. “Semoga ada keputusan terbaik untuk semua pihak,” kata Iwan.***