CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA.COM)- Rapat Pimpinan (Rapim) yang membahas penanggulangan banjir di Kabupaten Cirebon menuai kritik tajam yang dilontarkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Abraham Muhamad.
Dalam rapat yang dipimpin Pj. Bupati Cirebon, Wahyu Mijaya, bersama Forkopimda dan BBWS, Abraham mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintah daerah.
Menurut Abraham, banjir merupakan masalah klasik yang terus terjadi setiap tahun tanpa solusi konkret.
Ia secara terbuka mengkritik Kepala Bappelitbangda, Dangi, atas kurangnya perencanaan yang jelas dalam upaya pencegahan banjir.
“Saya tidak bermaksud menyerang Pak Dangi, tetapi beliau sudah lama menjabat sebagai Kepala Bappelitbangda. Mana rencana konkret untuk mengatasi banjir? Faktanya, setiap tahun kita menghadapi masalah yang sama,” tegas Abraham dalam rapat yang digelar di Gedung Setda Pemkab Cirebon pada Senin (20/1/2025).
Abraham juga menyoroti lemahnya komitmen Pemkab dalam mencegah banjir dan menuntut adanya langkah nyata dari Bupati definitif yang akan datang. “Banjir menyebabkan kerugian besar, terutama kerusakan infrastruktur. Ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus,” tambahnya.
Dalam laporan pasca banjir, Wahyu Mijaya mengungkapkan bahwa bencana tersebut telah memengaruhi enam kecamatan dan 15 desa. Sebanyak 2.921 rumah, lima sekolah, sembilan tempat ibadah, empat jembatan, dan 357 hektare sawah terendam banjir.
“Terdampak langsung sebanyak 3.125 kepala keluarga atau 10.820 jiwa, dengan 136 orang sempat mengungsi meskipun kini sudah kembali ke rumah masing-masing,” jelas Wahyu.
Ia menambahkan bahwa pemerintah telah menangani kebutuhan warga terdampak, termasuk penyediaan makanan dan layanan kesehatan.
Saat ini, pembersihan sisa-sisa banjir, termasuk penyemprotan jalan berlumpur, terus dilakukan.
“Status tanggap darurat masih dievaluasi, terutama terkait kondisi infrastruktur yang rusak. Kami mengharapkan semua pihak tetap siaga untuk menghadapi kemungkinan yang tidak diinginkan,” ujarnya.***
Warga di Kecamatan Sumber, Samsul, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap banjir yang datang secara tiba-tiba.
Dirinya menilai banjir kali ini diperparah oleh tingginya sedimentasi di sungai akibat kurangnya normalisasi yang menjadi tanggung jawab BBWS.
Ia berharap,
Pemerintah dan pihak terkait diharapkan segera mengambil langkah konkret untuk mencegah banjir serupa di masa depan.
“Air naik begitu cepat, kami tidak sempat mengantisipasi. Sungai penuh sedimen karena sudah lama tidak dinormalisasi,” ujarnya.***