Etnologi Media
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Monday, 27 October 2025
  • Home
  • Daerah
    • Kota Cirebon
    • Kabupaten Cirebon
    • Indramayu
    • Kuningan
    • Majalengka
  • Nasional
  • Ekonomi Bisnis
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Politik
  • Ragam
  • Opini
  • Indeks
  • Home
  • Daerah
    • Kota Cirebon
    • Kabupaten Cirebon
    • Indramayu
    • Kuningan
    • Majalengka
  • Nasional
  • Ekonomi Bisnis
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Politik
  • Ragam
  • Opini
  • Indeks
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Etnologi Media
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Daerah
  • Nasional
  • Ekonomi Bisnis
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Politik
  • Ragam
  • Opini
  • Indeks
Beranda Opini

Ketahanan Alam dan Manusia di Tahun Ular Kayu

Penulis: Mamat Rahmat
22 January 2025 | 13:35
Reading Time: 2 mins read
Pengamat Budaya Tionghoa Cirebon, Jeremy Huang Wijaya.

Pengamat Budaya Tionghoa Cirebon, Jeremy Huang Wijaya.

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on LineShare on Telegram

Oleh: Jeremy Huang Wijaya (Pengamat Budaya Tionghoa Cirebon)

TAHUN ini, kalender Tionghoa memasuki Tahun Ular Kayu, yang memadukan simbol ular dengan elemen kayu.

Baca Juga

Memanfaatkan Kemajuan Teknologi di Jalan Kebaikan

Menjaga Generasi Muda dari Kegiatan Negatif

Danantara, Efisiensi untuk Siapa?

Secara filosofis, elemen kayu mencerminkan kehidupan, pertumbuhan, dan fleksibilitas, tetapi juga rentan terhadap ancaman dari elemen lainnya seperti air, api, dan angin.

Hal ini relevan dalam konteks bencana alam yang belakangan sering terjadi, khususnya bencana hidrometeorologi.

Bencana Hidrometeorologi yang Menghantui

Dalam beberapa pekan terakhir, media ramai memberitakan bencana hidrometeorologi, yakni bencana yang dipicu oleh curah hujan ekstrem.

Longsor, banjir akibat tanggul jebol, hingga angin kencang adalah beberapa contoh nyata dampaknya.

Pola ini sebenarnya berulang setiap tahun, terutama pada musim hujan yang berlangsung dari November hingga Maret. Namun, tahun ini, intensitasnya tampak lebih mengkhawatirkan.

Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan yang tinggi di berbagai wilayah Indonesia tidak hanya menyebabkan kerusakan lingkungan.

Akan tetapi juga mengancam infrastruktur dan keselamatan warga. Sayangnya, kesiapan pemerintah daerah dalam menghadapi cuaca ekstrem masih tergolong minim, sehingga risiko kerugian semakin meningkat.

Unsur Kayu: Antara Kesuburan dan Kerentanan

Dalam perspektif elemen kayu, tahun ini menjadi simbol dualitas. Air, misalnya, dapat menyuburkan kayu, tetapi juga mampu menghancurkannya melalui banjir dan erosi. Angin kencang, sementara itu, dapat merobohkan pohon-pohon besar, menciptakan longsor atau kerusakan lingkungan lainnya.

Tidak hanya itu, api seperti dari aktivitas gunung berapi dapat membakar dan memusnahkan vegetasi secara masif.

BMKG juga memperingatkan lonjakan aktivitas seismik di tahun 2024, dengan mencatat 29.869 gempa bumi sepanjang tahun.

Zona seismic gap seperti di Selatan Banten, Selat Sunda, dan Mentawai-Siberut telah lama menjadi wilayah yang rawan gempa besar.

Aktivitas vulkanik turut menjadi ancaman tambahan, dengan potensi erupsi dari tiga hingga empat gunung berapi. Unsur api yang terkandung dalam gunung ini menambah kompleksitas risiko bencana di Tahun Ular Kayu.

Tantangan di Musim Kemarau

Setelah musim hujan berlalu, tantangan baru muncul pada musim kemarau dari April hingga Oktober.

Musim ini sering kali diiringi kekeringan panjang akibat minimnya pasokan air. Elemen kayu, yang secara alamiah membutuhkan air untuk bertahan hidup, menjadi simbol kerapuhan selama musim kemarau.

Dampak terburuk dari kekeringan adalah gagal panen, yang berujung pada ancaman krisis pangan dan paceklik.

Mitigasi dan Kesiapan Teknologi

Menghadapi siklus bencana tahunan ini, persiapan mitigasi bencana menjadi sangat krusial.

Pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait perlu bersinergi untuk meningkatkan kesadaran serta memperkuat teknologi mitigasi, seperti sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami, hingga infrastruktur yang tahan bencana.

Langkah-langkah tersebut harus diprioritaskan, terutama di daerah rawan seperti zona seismic gap dan wilayah dengan risiko tinggi bencana hidrometeorologi.

Berdoa dan Berbagi

Di tengah ancaman bencana, elemen spiritual juga tidak boleh diabaikan. Tahun Ular Kayu memberikan pelajaran penting tentang keharmonisan dengan alam.

Selain upaya mitigasi teknis, penting bagi kita untuk memperbanyak doa dan berbagi dengan sesama, terutama mereka yang terdampak bencana.

Dengan demikian, kita tidak hanya menghadapi tantangan alam dengan kesiapan fisik, tetapi juga dengan ketenangan batin.

Sebagai refleksi, Tahun Ular Kayu adalah pengingat bahwa keseimbangan antara elemen-elemen alam harus dijaga. Kita harus senantiasa waspada, bekerja sama, dan memperkuat solidaritas dalam menghadapi setiap tantangan.***

 

Tags: AlamBencanaBudayaShioTahun Ular KayuTionghoa
Dapatkan update berita pilihan, dan artikel menarik lain setiap hari dari etnologimedia.com, klik untuk mengikuti Google News etnologimedia.com.

Terkait Berita

Saat Ibu Menjadi Tulang Punggung Keluarga
Opini

Ambruknya Gedung Ponpes, Cermin Buramnya Jaminan Fasilitas Pendidikan

16 October 2025 | 08:08
Gerakan Sadar Obat Rasional, Ikhtiar Kecil untuk Masa Depan Besar
Opini

Gerakan Sadar Obat Rasional, Ikhtiar Kecil untuk Masa Depan Besar

19 September 2025 | 07:19
Saat Ibu Menjadi Tulang Punggung Keluarga
Opini

Saat Ibu Menjadi Tulang Punggung Keluarga

08 September 2025 | 20:48
Memanfaatkan Kemajuan Teknologi di Jalan Kebaikan
Opini

Memanfaatkan Kemajuan Teknologi di Jalan Kebaikan

14 May 2025 | 07:38
Ironis, Prostitusi Online Menyasar Generasi Muda di Jabar
Opini

Menjaga Generasi Muda dari Kegiatan Negatif

26 April 2025 | 18:19
Danantara, Efisiensi untuk Siapa?
Opini

Danantara, Efisiensi untuk Siapa?

08 March 2025 | 17:50
Berita berikutnya
5 Manfaat Buah Pepaya untuk Kecantikan yang Harus Kamu Tahu

5 Manfaat Buah Pepaya untuk Kecantikan yang Harus Kamu Tahu

Rekomendasi

Perubahan APBD 2025 Disetujui, DPRD Tekankan Evaluasi Berkala dan Efektivitas Program

Perubahan APBD 2025 Disetujui, DPRD Tekankan Evaluasi Berkala dan Efektivitas Program

04 July 2025 | 16:40
Tahapan Tungsura Jadi Fokus Utama, Panwascam Karangsembung Dorong Kewaspadaan PTPS

Tahapan Tungsura Jadi Fokus Utama, Panwascam Karangsembung Dorong Kewaspadaan PTPS

14 February 2024 | 10:03
Akibat Pandemi Covid-19, Banyak Program Kegiatan Pemerintah Ditangguhkan

Akibat Pandemi Covid-19, Banyak Program Kegiatan Pemerintah Ditangguhkan

19 April 2021 | 19:20

BeritaTerpopuler

  • UMMADA Cirebon Gelar Yudisium, Cetak Lulusan Siap Mengabdi di Dunia Kesehatan dan Rumah Sakit

  • Stok Pupuk Aman, Pupuk Indonesia Imbau Pengecer Tak Langgar HET

  • Rahasia Sehat Alami: Manfaat Luar Biasa Cuka Kurma yang Jarang Diketahui

  • Filosofi Warna dalam Desain Grafis: Memahami Makna di Balik Pilihan Warna

  • CFD Kuningan Jadi Panggung Keakraban, Polisi dan “Pocong” Curi Perhatian

Etnologi Media

Kategori

  • Daerah
  • Ekonomi Bisnis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Opini
  • Pendidikan
  • Politik
  • Ragam
  • Sosok

Layanan dan Informasi

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

Copyright @ 2021 PT Digital Etnologi Solution. All rights reserved.

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Daerah
    • Kota Cirebon
    • Kabupaten Cirebon
    • Indramayu
    • Kuningan
    • Majalengka
  • Nasional
  • Ekonomi Bisnis
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Politik
  • Ragam
  • Opini
  • Indeks

© 2021 PT Digital Etnologi Solution - Inspirasi Generasi Terkini.