CIREBON, (ETNOLOGI)- Bupati Cirebon, Imron, bersama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), membuka secara resmi Temu Inklusi Nasional ke-6.
Kegiatan berskala nasional ini menghadirkan lebih dari 590 peserta dari 24 provinsi yang terpusat di Desa Durajaya, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon, Selasa (2/9/2025).
Para peserta tidak hanya mengikuti forum diskusi, tetapi juga tinggal bersama warga melalui skema live in, guna merayakan kolaborasi antara pemerintah, organisasi difabel, masyarakat desa, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.
Dalam sambutannya, Bupati Imron menyampaikan bahwa Kabupaten Cirebon memiliki 4.342 warga difabel dengan kebutuhan yang beragam.
Pemerintah daerah, katanya, sedang menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) Inklusi sebagai pedoman pembangunan ramah difabel.
Mencakup sektor pendidikan, pemberdayaan ekonomi, hingga layanan sosial.
“Sejak Januari lalu, kami telah melaksanakan Musrenbang Tematik Inklusi dengan melibatkan masyarakat difabel secara aktif. Hasil musyawarah itu menjadi acuan penting dalam perencanaan pembangunan ke depan,” ungkap Imron.
Sementara, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, menegaskan bahwa pembangunan inklusif masih menghadapi tantangan besar.
“Sebanyak 13 persen difabel dengan kategori sedang dan berat belum menuntaskan pendidikan dasar. Tingkat partisipasi kerja difabel baru 23,9 persen, sementara pengangguran mencapai 77 persen. Ini masalah struktural yang hanya bisa dijawab dengan sinergi, peningkatan kesadaran publik, penguatan SDM, dan akses teknologi,” jelasnya.
Ia menekankan, investasi pada kelompok difabel bukan hanya soal keadilan sosial, tetapi juga peluang pembangunan yang menguntungkan.
“Sinergi adalah kunci, untuk membuktikan apa yang tertulis dalam teks benar-benar menjadi kenyataan,” tegas Woro.
Sementara itu, Direktur SIGAB Indonesia sekaligus penanggung jawab Temu Inklusi Nasional ke-6, M. Joni Yulianto, menyampaikan bahwa penyelenggaraan acara ini merupakan hasil kolaborasi erat antara pemerintah, organisasi difabel, dan masyarakat.
“Selain menampilkan kekayaan budaya lokal, Kabupaten Cirebon juga menghadirkan praktik baik dalam pengarusutamaan isu difabel yang bisa direplikasi di daerah lain,” ujarnya.
Joni menambahkan, Temu Inklusi menjadi ruang strategis bagi semua pihak untuk berbagi praktik baik, gagasan, dan ide-ide inovatif dalam mewujudkan pembangunan inklusif di Indonesia.
“Temu Inklusi adalah ruang berbagi untuk membangun Indonesia yang lebih inklusi,” pungkasnya.***