Sophi Zulfia Dorong Generasi Muda Lestarikan Wayang Golek sebagai Identitas Bangsa

Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Sophi Zulfia mengapresiasi pagelaran wayang golek di HUT ke-191 Desa Sedong Lor, Kecamatan Sedong, Sabtu (4/10/2025). /* (foto: Humas DPRD Kab. Cirebon) 

CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA)- Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cirebon, Sophi Zulfia, mengapresiasi terhadap penyelenggaraan pagelaran wayang golek Giriharja 2 Putu.

Pagelaran itu dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-191 Desa Sedong Lor, Kecamatan Sedong, Sabtu (4/10/2025) malam.

Dalam sambutannya, Sophi menegaskan bahwa pelestarian seni tradisional seperti wayang golek merupakan bagian penting dari upaya menjaga identitas bangsa.

Ia mendorong generasi muda untuk lebih aktif mengenal dan mencintai warisan budaya lokal.

“Saya mengapresiasi pagelaran wayang golek yang digelar dalam rangka memperingati HUT ke-191 Desa Sedong Lor. Ini bukan hanya pertunjukan seni. Akan tetapi juga sarana edukasi budaya yang kaya akan nilai-nilai kehidupan,” ujar Sophi.

Ia juga mengaitkan pentingnya pelestarian budaya dengan konsep Trisakti Bung Karno. Yakni berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya.

“Berkepribadian dalam budaya artinya kita harus bangga, memahami, dan melestarikan warisan budaya bangsa sebagai identitas yang membedakan kita dari bangsa lain,” tambahnya.

Menurut Sophi, seni wayang golek bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana penyampai pesan moral dan kearifan lokal yang relevan hingga kini.

“Wayang mengajarkan kita tentang kebijaksanaan, perjuangan, dan keadilan. Ini penting untuk terus dikenalkan kepada generasi muda agar tidak terputus dari akar budaya bangsa,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Sedong Lor, Sopyan Suri, mengatakan peringatan HUT ke-191 Desa Sedong Lor mengusung tema “Membangun Desa dengan Budaya”.

Tema ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pembangunan desa harus tetap berpijak pada nilai-nilai budaya lokal.

“Kami berharap peringatan HUT ini menjadi motivasi masyarakat untuk terus membangun dan memajukan desa tanpa melupakan budaya yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Rangkaian acara peringatan HUT dimulai sejak pagi hari dan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Kegiatan meliputi karnaval budaya, donor darah, pentas seni warga, pagelaran calung, serta sedekah bumi (babarit) sebagai wujud rasa syukur.

Antusiasme masyarakat terlihat tinggi. Warga dari anak-anak hingga orang tua mengikuti seluruh rangkaian acara dengan penuh semangat.

“Karnaval budaya dimulai dari Setu Pengasinan hingga ke balai desa. Warga sangat antusias karena ini bukan hanya hiburan, tetapi juga ajang memperkuat kebersamaan dan kebanggaan terhadap budaya sendiri,” ujar Supardi, salah satu warga.***