CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA)- Pemerintah Kota Cirebon terus memperkuat peran keluarga dan pesantren sebagai dua pilar utama dalam membentuk karakter generasi muda.
Komitmen tersebut diwujudkan melalui kegiatan Ngaji Keluarga Maslahat dan Deklarasi Pondok Pesantren Ramah Anak yang digelar di Pondok Pesantren Madinatunnajah, Minggu (19/10/2025).
Acara ini menjadi momentum penting bagi Pemkot Cirebon untuk mendorong tumbuhnya generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara moral dan spiritual.
Wakil Wali Kota Cirebon, Siti Farida Rosmawati, dalam sambutannya menyebutkan, keluarga dan pesantren memiliki peran sentral dalam membangun peradaban kasih dan kemaslahatan.
“Dua tema ini sesungguhnya bertemu pada satu titik, yaitu bagaimana kita menumbuhkan peradaban kasih. Rumah adalah tempat pendidikan pertama, dan pesantren adalah penjaga nilai. Jika keduanya kuat, maka lahirlah generasi yang cerdas sekaligus berakhlak,” ujar Siti Farida dalam sambutannya.
Ia menilai, perkembangan teknologi dan arus digital menuntut pendekatan baru dalam mendidik anak.
Tantangan generasi muda saat ini bukan lagi soal keterbatasan informasi, melainkan bagaimana menyaring dan menggunakannya secara bijak.
“Keluarga dan pesantren harus hadir bukan hanya untuk memberi batas, tetapi juga memberi teladan dan arah yang benar. Deklarasi Pesantren Ramah Anak adalah langkah nyata menuju pendidikan yang lembut dan berkeadaban,” tambahnya.
Wakil wali kota menegaskan bahwa Pemkot Cirebon berkomitmen mendukung inisiatif pendidikan yang manusiawi dan berorientasi pada perlindungan anak.
“Melindungi anak bukan hanya tugas keluarga, melainkan tanggung jawab seluruh masyarakat beriman. Semoga kegiatan ini menjadi awal kolaborasi berkelanjutan antara ulama, pemerintah, dan masyarakat,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala DP3APPKB Kota Cirebon, Suwarso Budi Winarno, menjelaskan bahwa program Pesantren Ramah Anak merupakan bagian dari strategi kolaboratif pemerintah daerah untuk menciptakan lingkungan tumbuh yang sehat, aman, dan penuh kasih bagi anak-anak.
“Pendekatan pesantren ramah anak bukan hanya meniadakan kekerasan, tapi juga menumbuhkan budaya dialog, pendampingan, dan kasih sayang tanpa mengurangi ketegasan dalam mendidik,” kata Suwarso.
Ia juga menekankan pentingnya konseling dan pendampingan agar potensi perundungan atau kekerasan dapat dicegah sejak dini.
“Tujuannya sederhana namun mendalam, yakni menciptakan kemaslahatan dan memastikan setiap anak tumbuh dalam suasana yang positif, terlindungi, dan berdaya,” pungkasnya.***