CIREBON, (ETNOLOGIMEDIA)- Pembukaan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) ke-14 berlangsung khidmat di Keraton Kacirebonan, Kamis (20/11/2025).
Atmosfer keraton yang temaram dan penyambutan para penari cucuk lampah membuka acara yang mengangkat tema “Estetika Nisan-nisan Islam Nusantara dan Dunia Ketuhanan Tarekat Syattariyah di Cirebon.”
Sultan Kacirebonan, PR Abdul Gani Natadiningrat SE, menegaskan bahwa Cirebon merupakan simpul sejarah penting dengan warisan keraton, manuskrip, dan tradisi spiritual yang terus hidup.
Kehadiran Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, menegaskan dukungan pemerintah terhadap penyelenggaraan BWCF di kota budaya tersebut.
Tahun ini BWCF berkolaborasi dengan Mesti Cirebon, Perhimpunan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI), serta Disbudpar Kota Cirebon.
Penasehat BWCF, Prof. Dr. Oman Fathurahman, menekankan pentingnya penelitian manuskrip Syattariyah dan nisan Islam dalam memetakan kembali jejaring intelektual Nusantara.
Menurutnya, dokumen kuno dan batu nisan menyimpan jejak peradaban yang menghubungkan Cirebon, Aceh, Minangkabau, Jawa, hingga wilayah Asia Tenggara.
Pembukaan juga diwarnai penampilan Tari Topeng Kelana oleh Tomi Uli dari Sanggar Sekarpandan serta peluncuran Katalog Atribut Nisan Islam Aceh Volume III.
Para pembicara, termasuk I Made Dharma Suteja SS MSi dan Dr. Ghilman Assilmi MHum, membahas dokumentasi nisan, jaringan maritim, dan estetika Islam Nusantara.
Kurator BWCF, Seno Joko Suyono, menyebut nisan sebagai pintu masuk memahami perjalanan spiritual dan budaya masyarakat Islam di kepulauan Nusantara.
Ia menilai Cirebon dipilih sebagai tuan rumah karena memiliki warisan arkeologi Islam, keraton, serta manuskrip Syattariyah yang kuat.
“Cirebon adalah akar bagi lahirnya kesultanan Islam di Jawa,” ujarnya.
Acara ditutup dengan Pidato Kebudayaan Dr. Helene Njoto yang mengulas kembali penelitian Uka Tjandrasasmita melalui situs Sendang Duwur.
BWCF 2025 pun resmi dibuka sebagai ruang pertemuan intelektual untuk merawat ingatan sejarah dan memperkuat kembali identitas budaya Nusantara.***
