INDRAMAYU, (etnologimedia.id).- Tim arkeolog dalam penelitian di situs Dingkel Desa Sambimaya menemukan alat permainan yang terbuat dari gerabah.
Selain temuan tersebut, tim juga menemukan fragmen gerabah gores yang dimungkinkan memiliki kesamaan dengan gerabah yang ditemukan di situs Buni Bekasi.
Gacuk yang merupakan mainan anak anak tradisional terbuat dari gerabah ini ditemukan di kotak ekskavasi B6 S7 oleh tim arkeolog.
Mainan dari gerabah ini ditemukan di kedalaman 170 cm oleh arkeolog dan tenaga lokal yang melakukan ekskavasi.
Temuan ini memperkuat dugaan bahwa situs dingkel yang tengah dilakukan ekskavasi ini merupakan kawasan permukiman.
Ketua tim ekskavasi arkeologi situs Dingkel Sambimaya Nanang Saptono menjelaskan, temuan gacuk ini sangat penting untuk dapat mengungkap keberadaan situs Dingkel pada masa lalu.
Menurut Nanang, Gacuk yang ditemukan di Indramayu ini memiliki fungsi sakral dan profan.
Fungsi sakralnya, kata Nanang, bisa berfungsi sebagai alat permainan anak-anak. Sementara fungsi sakralnya bisa sebagai alat penunjang dalam upacara keagamaan seperti tujuh bulanan bagi calon ibu yang akan melahirkan.
Nanang memastikan temuan tersebut ditemukan di areal pemukiman. Sama halnya dengan temuan gacuk di situs permukiman yanga di daerah Trowulan, Batujaya, dan situs situs permukiman lainnya di Indonesia.
Terkait temuan fragmen gerabah gores, Nanang belum dapat memastikan apakah di Sambimaya ini memiliki tradisi penggunaan gerabah seperti di situs Buni.
Nanang menggambarkan, gerabah gorea yang ditemukan di situs Buni memiliki fungsi pengunaan yang berbeda seperti sebagai wabah bekal kubur dan fungsi sebagai alat penunjang dalam memasak sehari hari.
“fragmen gerabah gores yang kita temukan perlu ada kajian lanjutan terkait fungsinya di situs ini pada masa lalu,” jelas Nanang, Jumat (4/6/2021)
Sementara, progres ekskavasi di situs Dingkel Sambimaya ini tim arkeologi audah menggali tiga kotak ekskavasi. Masing-masing kotak, tim berhasil menemukan dinding struktur bangunan, sudut struktur bangunan, dan fragmen gerabah lokal dalam jumlah yang banyak.
“Pada ekskavasi kali ini, tim memperkirakan ada tiga bangunan yang saling berdekatan. Hanya saja, tim arkeologi dari Balar Bandung dan BPCB Banten belum dapat menginterpretasikan apakah bangunan ini berfungsi sebagai bangunan suci atau hanya sebagai rumah tinggal,” tambah Nanang. (EM-05/Rilis)